Senin, 25 April 2011

puisi

Angan
Ketika aku berpikir dapat sempurna
Semua hanya angan
Ketika aku berkata selamanya
Semua hanya angan
Ketika aku bermimpi
Semua hanya angan
Namun…
Ketika aku berpikir aku adalah aku
Itulah kenyataan.

Fase hati
Tangis
Ku menangis ketika aku ingat keburukanku
Keburukan masa lalu yang kelam
Keburukannku yang banyak
Keburukan dulu yang hitam
Tangisan yang takkan terlupakan
Tawa
Aku tertawa ketika aku lupa
Tawa dalam bencana
Tawa diatas derita
Tawa yang terpaksa

Tanya
Kadang aku bingung dengan apa yang terjadi
Kadang aku ingin ungkap semua
Dibalik rasa yang selama ini melingkupi diri
Sebuah tanya yang selama ini bersandar dalam hati
Apa yang sebenarnya yang aku rasakan ???????
Ingin aku menangis
Ingin aku berteriak

Sujudku
Dalam kesejukan heningnya malam
Ku coba alunkan kaki
Dan ku buka mata
Air wudlu membasahi
Butir air mata mengalir
Bersama doa
Dalam sujud
Hilang
kenanga itu masih membekas erat dalam kalbu
namun sang waktu seaka menyadarkanku
bahwa semua itu hanyalah masa lalu
yang sampai kini tak bisa hilang dalam ingatku
walaupun telah pergi bersama percikan api
yang membakar seberkas coretan indah

SUNYI
MALAM YANG SEMAKIN LARUT
MENAMBAH KESUNYIAN MALAM INI
SUARA BINATANG YANG TERDENGAR
MUNGKINKAH MEREKA BERTASBIH??
DALAM SUNYI SEMUA HANYA TERTIDUR
TANPA MENGHIRAUKAN APAPUN
KUCIPTAKAN KENYAMANANKU SENDIRI
TIADA YANG TAHU…..



artikel

Kasta dalam bahasa
Bahasa memiliki kasta???
Sering kita mendengar istilah tingkat tutur (speech level). kalau kita kaji lebih dalam lagi mengenai bahasa, ternyata dalam bahasa itu terdapat tingkat tutur yang tanpa kita sadari, kita telah menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam tataran sosiolinguistik, membahas mengenai register yakni bahasa yang dibedakan berdasarkan kelompok pengguna bahasa. Misalnya saja bidang ekonomi, maka kata-kata yang digunakan juga mengenai seputar ekonomi (kas, debet, kredit, saldo, deposito, dsb). Dalam bidang politik terdapat pula (markus, parpol, dsb). Bidang hukum (perdata, pinada, UU, grasi,hakim, dsb ). Bidang pendidikan (guru, murid, belajar, mengajar, dsb ). Bidang pertanian (hama, tanaman, panen, pupuk, dsb). Berbagai bidang tersebut aka secara otomatis menggunakan kata-kata diatas. Sangat riskan jika kata bidang hukum digunakan pada saat membicarakan masalah ekonomi.
Tingkat tutur yang tidak asing bagi kita adalah dalam bahasa Jawa. Dalam bahasa Jawa, terdapat bahasa ngoko dan krama. Bahasa ngoko biasa digunakan antara anak-anak dengan sesamanya, orang tua dengan anaknya. Sedangkan bahasa krama, digunakan dari anak kepada orang yang lebih tua, atau digunakan untuk orang yang memiliki kedudukan yang lebih btinggi misalnya lurah, walaupun lurah tersebt umurnya jauh lebih muda. Atau yang terlihat jelas yaitu dalam kehidupan Krato. Disana sangat dijunjung mengenai tingkat tutur. Tingkat tutur tersebut yang saya namakan dengan kasta. Maksud dari adanya tingkat tutur tersebut sebenarnya baik yaitu untuk menghormati atau menghargai ornag yang lebih tua, atau orang yang dituakan.
Jika kita membandingkan istilah kasta dalam bidang bahasa dengan kasta dalam masyarakat, sebenarnya tidak jauh berbeda. Namun jaman sekarang kehidupan masyarakat sudah tidak dibedakan lagi mengenai kasta. Apakah dia keturunan darah biru atau rakyat biasa, misalnya dalam bidang hokum semua mendapat hak yang sama. Kalau kita menengok ke jaman kerajaan, betapa kasihan rakyat biiasa yang mendapat perlakuan semena-mena dari penguasanya.
[4/4/2011]

Jumat, 22 April 2011

celoteh


Pelangi Dunia Remaja
Dunia remaja adalah masa yang tidak akan pernah habis untuk di bicarakan. Masa yang paling menyenangkan, masa yang takkan pernah terlupakan, masa yang indah. Begitu kata sebagian orang , ehm… jadi ingat sebuah lagu yang bunyinya kurang lebih seperti ini “tiada masa palig indah, masa-masa di sekolah”, mungkin memang benar cuplikan lagu tersebut, seperti yang aku alami juga. Masa remaja merupakan masa transisi dimana seseorang telah melewati dunia anak-anak dan akan memasuki dunia dewasa. Namun untuk menuju dewasa tersebut, remaja mengalami pencarian jati diri. Disinailah warna-warna dunia remaja akan nampak. Mulai dari meniru, memilih, dan memberontak. Dari sinilah remaja akan menentukan jalan pilihan dalam hidupnya kedepan.
Untuk menemukan jati dirinya, remaja membutuhkan contoh yang akan dijadikannya patokan untuk melangkah. Saya mengambil contoh seorang anak yang hidup di jalanan dengan anak yang hidup di pesantren. Kalau kita berpikir, begitu tajam perbedaan antara keduanya. Namun itu semua tidak akan menjamin baik-buruknya seseorang. Selama orang bisa memfilter mana yang baik dan tidak untuk dirinya, maka dia tidak akan mudah terpengaruh dengan lingkungannya, khususnya yang hidup di jalanan. Seorang anak yang hidup di jalanan akan melewati kehidupan yang keras. Atau ana yang hidup di dalam pesantren, jika bukan karena kehendaknya atau terpaksa maka setelah keluar pesantren dia akan lebih buruk dari anak yang hidup di jalan. Di sinilah contoh itu sangat mempengaruhi perkembangan remaja.
Kadang seorang anak yang menginginkan sesuatu akan menempuh segala cara untuk memenuhi keinginannya. Ketika seorang anak dalam pergaulannya ditantang untuk menuruti keinginan temannya, dan akan dikatakan cupulah, jadullah, atau bahkan ngak gaul. Kata-kata itu yang akan menjadi bomerang bagi sebagian anak. Anak yang ngak kuat mental maka akan minder, dan disinilah akan terjadi sebuah pemberontakan. Seorang anak akan memaksa orangtuanya untuk menuruti keinginannya. contoh kecil yang saya temui, ketika saya naik bus, saya mendapati anak-anak sekolah itu sudah memegang Hp yang cukup lengkap lah fiturnya. Jika anak tidak bisa memfilter, maka yang terjadi adalah akan digunakan diluar batas, misalnya untuk menyimpan gambar atau bahkan video porno. Contoh lain yang saya temui yaitu anak-anak sekolah dengan seragamnya yang suka nongkrong di warung-warung sambil merokok. Siapa yang patut disalahkan?? Orangtua? atau guru?. Bukan keduanya, tapi diri sendiri, untuk itu perlu ada kesadaran diri dari dalam individu. [qoyah]