Sabtu, 10 September 2016

senyum karyamin




A.    JUDUL DAN PENGARANGNYA
Judul         : Senyum Karyamin
Pengarang : Ahmad Tohari

B.     SINOPSIS
Suatu pagi ditempatnya biasa bekerja, Karyamin sudah jatuh dua kali karena tergelincir. Ketidak seimbangan tubuhnya untuk memanggul beban batu dipundaknya, serta keadaannya yang sejak tadi perutnya belum terisi apapun menmbah bebannya. Teman satu pekerjaannya, Sarji, justru menertawakan apa yang dialami Karyamin. Hal demikian memang sering dilakukan antara teman yang lain. Sebenarnya Sarji cemburu terhadap apa yang dimiliki oleh Karyamin, yaitu istrinya yang cantik. Terkadang walaupun Karyamin sedang bekerja, namun pikirannya tertuju pada istrinya yang berada di rumah. Karyamin bingung jika nanti petugas bank harian datang ke rumahnya untuk menagih. Apalagi tengkulak yang membawa batunya, selama setengah bulan belum datang untuk memberinya bayaran. Teman Karyamin tetap saja bercanda tentang perempuan yang menyeberang dengan tetap menggoda Karyamin yang sedari tadi hanya terdiam dan tertunduk. Walaupun demikian Karyamin tetap tersenyum. Melihat kondisi Karyamin, Saidah yang mulai menata dagangannya menawari Karyamin sesuatu. Namun Karyamin menolahnya dan hanya meminta segelas air saja. Karyamin kasihan kepada Saidah karena selama ini ia hanya berhutang kepada Saidah. Saat itu juga Karyamin memutuskan untuk pulang ke rumah. Disepanjang perjalanan, Karyamin merasakan perutnya yang dari tadi melilit dan dengan pandangan matanya yang seakan banyak kunang-kunang. Dari kejauhan, Karyamin melihat dua sepeda jengki diparkir di rumahnya. Sebenarnya Karyamin tidak tahu betul mengapa ia harus pulang. Namun setelah dipikirnya, ia teringa bahwa istrinya sedang meriang dan tidak ada salahnya jika ia menemani istrinya tersebut. Dibayangkannya, istrinya yang sedang sakit harus menghadapi dua penagih bank harian. Padahal Karyamin melihat seorang lelaki, dan ternyata lelaki tersebut adalah Pak Pamong. Pak Pamong ke rumah Karyamin dengan tujuan untuk menagih iuran untuk menolong orang-orang Afrika yang kelaparan di sana. Memang tinggal Karyaminlah yang belum menyerahkan iuran tersebut di desanya. Namun kali ini Karyamin tidak hanya tersenyum, melainkan tertawa terbahak mengetahui tujuan Pak Pamong ke rumahnya. Karena yang ada di dalam pikirannya adalah mengapa ia harus membayar iuran tersebut padahal ia sendiri kelaparan. Demikian kerasnya ia tertawa, hingga merapuhkan keseimbangan tubuhnya. Karyamin jatuh terguling ke lembah karena memang rumah Karyamin terletak di daerah perbukitan yang banyak tanjakan dan turunan. Namun usaha Pak Pamong untuk menahan Karyamin agar tidak terjatuhpun gagal, dan akhirnya Karyamin meninggal.

C.    GAGASAN
Gagasan yang dapat diambil dari cerpen Senyuman Karyamin, yaitu kesabaran, kegigihan dan semangat seorang pekerja penggali batu. Walaupun harus menahan rasa lapar dan haus ia tetap bekerja, dan kadang harus terjatuh karena ketidakseimbangan tubuhnya untuk mengangkat batu dipundaknya. Ia tetap bangun dan melanjutkan lagi. Tak jarang juga, ia harus menjadi bahan tertawaan teman-temannya yang seringmenjahili dia. Tapi dia tetap saja tersenyum. Ia juga harus menerima bahwa selama setengah bulan tengkulak yang membawa batunya belum membayar upahnya, padahal dirumah istrinya sedang sakit. Belum lagi bila nanti petugas bank harian datang untuk menagih. Namun memang kesabaran ada batasnya, walaupun Karyamin terkenal bila digoda oleh teman-temannya hanya tersenyum, kini ia dapat tertawa terbahak ketika pamong desa menagih uang iuran untuk membantu masyarakat di Afrika sedang ia sendiri juga merasa kelaparan.
Nilai keperdulian juga terdapat dalam cerpen Senyuman Karyamin, yaitu ketika Saidah memperhatikan Karyamin nampak lemas ia menawari Karyamin barang dagangannya dan menyuruh Karyamin untuk istirahat saja. Sikap Saidah menunjukkan jiwa sosial Saidah yang tinggi. Sebagai seorang yang begitu mngenal Karyamin, ia sangat perhatian dengan Karyamin karena ia sangat mengerti keadaan Karyamin.
Sebagai pemerintah yang mempunyai kewajiban mengayomi rakyatnya, harusnya mengetahui kondisi dan keadaannya. Kita tidak boleh menyamaratakan orang yang satu dengan yang lain. Karena tidak akan pernah sama. Seseorang yang biasanya sabar pun bisa berubah karena keadaan yang dialaminya. Hal itu ditunjukkan pada tokoh Karyamin yang rumahnya didatangi oleh pamong untuk meminta uang iuran. Sebagai perangkat desa, pamong tersebut tidak mengerti dengan kondisi pada Karyamin tersebut dengan kondisi yang terjadi pada Karyamin.

Minggu, 07 Agustus 2016

Selalu Ada



Selalu Ada
*Qolamu Zahra

Selalu ada maaf dalam setiap salah
Selalu ada tawa dalam setiap sedih
Selalu ada taubat dalam setiap dosa
Selalu ada obat dalam setiap sakit
Selalu ada ketenangan dalam setiap gundah
Selalu ada air mata dalam setiap doa
Selalu ada harapan dalam setiap usaha
Selalu ada juara dalam setiap perlombaan
Selalu ada jawaban dalam setiap pertanyaan
Selalu ada gerak dalam setiap diam
Selalu ada jerit dalam setiap hening
Selalu ada mati dalam setiap hidup
Selalu ada cahaya dalam setiap gelap
Selalu ada hitam dalam setiap putih
Selalu ada perpisahan dalam setiap pertemuan
Selalu ada cahaya dalam setiap gelap
Karena selalu ada Engkau di dalam hati

17032016
03:43 am


Selalu Ada
*Qolamu Zahra

Selalu ada maaf dalam setiap salah
Selalu ada tawa dalam setiap sedih
Selalu ada taubat dalam setiap dosa
Selalu ada obat dalam setiap sakit
Selalu ada ketenangan dalam setiap gundah
Selalu ada air mata dalam setiap doa
Selalu ada harapan dalam setiap usaha
Selalu ada juara dalam setiap perlombaan
Selalu ada jawaban dalam setiap pertanyaan
Selalu ada gerak dalam setiap diam
Selalu ada jerit dalam setiap hening
Selalu ada mati dalam setiap hidup
Selalu ada cahaya dalam setiap gelap
Selalu ada hitam dalam setiap putih
Selalu ada perpisahan dalam setiap pertemuan
Selalu ada cahaya dalam setiap gelap
Karena selalu ada Engkau di dalam hati

17032016
03:43 am

Jumat, 05 Agustus 2016

Mengusir Rindu



Mengusir Rindu
*Qolamu Zahra

Rintik hujan mulai turun membasahi taman
Matahari yang arif mulai menghilang
Terbenam bersama keceriaan
Ah aku mulai tak peduli pada angin

Angin yang selalu membisu
Tidak pernah bernyanyi bersamaku
Kuhembuskan rasa rinduku
Pada pemilik gunting kebun itu

Pemilik gunting kebun yang dulu selalu setia
Menemaniku
Mawar merah di taman ini
Tak pernah letih bernyanyi untukku
Seakan tak mengenal hari
Tak peduli pada bunga lain

Namun....
Pemilik gunting kebun itu fatamorgana
Ia hanya kumbang peniup harapan
Harapan akan memetik mawar ini
Merawat dan meletakkan di tempat yang tak biasa

Bukan....
Bukan aku yang dipetik
Bunga kuning itu pilihannya
Rindu pecah terbawa air hujan
Berharap pelangi muncul
Karna pemilik gunting kebun itu hanya ilusi

17032016
15.20
Saat hujan turun

Selasa, 02 Agustus 2016



Kala
Kelam.. Hitam...Putih...
Tatkala ku tatap langit
Tak ada awan berarak
Tak ada angin menari
Tak ada bintang bernyanyi
Sunyi... senyap... hampa...
Tatkala ku tatap sungai
Tak ada batu berbisik
Tak ada ikan meloncat
Tak ada rumput menggulung
Hening... kusut... kalut...
Tatkala aku terjebak
Tak ada jalan terbuka
Tak ada jejak melangkah
Tak ada sentuhan merayu
Hilang...

12:24
29/05/2016