Jumat, 22 April 2011

celoteh


Pelangi Dunia Remaja
Dunia remaja adalah masa yang tidak akan pernah habis untuk di bicarakan. Masa yang paling menyenangkan, masa yang takkan pernah terlupakan, masa yang indah. Begitu kata sebagian orang , ehm… jadi ingat sebuah lagu yang bunyinya kurang lebih seperti ini “tiada masa palig indah, masa-masa di sekolah”, mungkin memang benar cuplikan lagu tersebut, seperti yang aku alami juga. Masa remaja merupakan masa transisi dimana seseorang telah melewati dunia anak-anak dan akan memasuki dunia dewasa. Namun untuk menuju dewasa tersebut, remaja mengalami pencarian jati diri. Disinailah warna-warna dunia remaja akan nampak. Mulai dari meniru, memilih, dan memberontak. Dari sinilah remaja akan menentukan jalan pilihan dalam hidupnya kedepan.
Untuk menemukan jati dirinya, remaja membutuhkan contoh yang akan dijadikannya patokan untuk melangkah. Saya mengambil contoh seorang anak yang hidup di jalanan dengan anak yang hidup di pesantren. Kalau kita berpikir, begitu tajam perbedaan antara keduanya. Namun itu semua tidak akan menjamin baik-buruknya seseorang. Selama orang bisa memfilter mana yang baik dan tidak untuk dirinya, maka dia tidak akan mudah terpengaruh dengan lingkungannya, khususnya yang hidup di jalanan. Seorang anak yang hidup di jalanan akan melewati kehidupan yang keras. Atau ana yang hidup di dalam pesantren, jika bukan karena kehendaknya atau terpaksa maka setelah keluar pesantren dia akan lebih buruk dari anak yang hidup di jalan. Di sinilah contoh itu sangat mempengaruhi perkembangan remaja.
Kadang seorang anak yang menginginkan sesuatu akan menempuh segala cara untuk memenuhi keinginannya. Ketika seorang anak dalam pergaulannya ditantang untuk menuruti keinginan temannya, dan akan dikatakan cupulah, jadullah, atau bahkan ngak gaul. Kata-kata itu yang akan menjadi bomerang bagi sebagian anak. Anak yang ngak kuat mental maka akan minder, dan disinilah akan terjadi sebuah pemberontakan. Seorang anak akan memaksa orangtuanya untuk menuruti keinginannya. contoh kecil yang saya temui, ketika saya naik bus, saya mendapati anak-anak sekolah itu sudah memegang Hp yang cukup lengkap lah fiturnya. Jika anak tidak bisa memfilter, maka yang terjadi adalah akan digunakan diluar batas, misalnya untuk menyimpan gambar atau bahkan video porno. Contoh lain yang saya temui yaitu anak-anak sekolah dengan seragamnya yang suka nongkrong di warung-warung sambil merokok. Siapa yang patut disalahkan?? Orangtua? atau guru?. Bukan keduanya, tapi diri sendiri, untuk itu perlu ada kesadaran diri dari dalam individu. [qoyah]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar