Sabtu, 24 September 2011

hatimau... harimau!!!

 
A.    JUDUL DAN PENGARANGNYA
Judul         : Harimau! Harimau!
Pengarang : Mochtar Lubis

B.     SINOPSIS
Seminggu sudah rombongan pencari damar berada di hutan untuk mengumpulkan damar kemudian menjualnya. Begitulah pekerjaannya untuk mencari nafkah. Rombongan pencari damar itu terdiri dari tujuh orang, yitu Wak Katok, Pak Haji Rakhmad, Buyung, Sanip, Talib, Pak Balam, dan Sutan. Diantara mereka bertujuh Pak Haji Rakhmadlah yang paling tua diantara mereka, dan Buyung yang paling muda. Namun tanpa ada perjanjian tertentu, secara serta merta, Wak katok lah yang menjadi pimpinan rombongan tersebut. Karena Wak Katok yang dianggap mampu diantara mereka. Wak katok merupakan guru silat, sekaligus dukun yang namanya sudah tidak asing di kampungnya. Selam tinggal di hutan, rombongan tersebut menginap di rumah Wak Hitam. Wak Hitam merupakan orang yang memiliki ilmu hitam yang cukup tinggi. Wak hitam sering mengajak istri-istrinya tinggal di rumah tersebut secara bergantian, karena memang Wak Hitam telah beberapa kali menikah, dan setiap yang dinikahinya adalah seorang perawan karena untuk memperpanjang umurnya. Kertika rombongan pencari damar tersebut menginap di rumah Wak Hitam, disana ada istrinya yang terakhir yaitu bernama Siti Rubiyah. Siti Rubiyah memang masih muda dan cantik umurnya sama dengan Buyung. Oleh karena itu ia sangat mudah bergaul dengan Buyung. Kini Wak Hitam sering sakit-sakitan karena ia memang sudah tua.
Setelah damar yang mereka kumpulkan cukup banyak, mereka memutuskan untuk kembali ke kampungnya. Merekapun berpamitan dengan Wak Hitam dan mengucapkan terima kasih secara bergantian. Buyung memilih yang terakhir karena agar dapat berbincang walau sebentar dengan Siti Rubiyah, karena mereka memang dekat. Ditengah perjalanan pulang, Buyung teringat dengan jebakan kancil yang dibuatnya. Kemudian ia memutuskan untuk kembali dan melihat jebakannya, dan ternyata dapat kancil. Ia ingin memberikan kancil itu kepada Zaitun, yaitu gadis dikampungnya yang dia cintai. Tetapi diperjalanan menyusul rombongannya, ia bertemu dengan Siti Rubiyah. Ia justru memberikan kancil itu kepada Siti Rubiyah, karena dia ternyata juga suka. Pada kesempatan itu pula, Siti Rubiyah menceritakan apa yang dia alami selama hidup dengan Wak Hitam. Ia ingin melarikan diri tapi takut dengan ancaman Wak Hitam. Buyung berjanji akan menolongnya, tapi ia juga harus segera menyusul rombongannya.
Beberapa kali rombongan tersebut harus berhenti untuk beristirahat dan mendirikan pondok. Mereka juga harus berburu untuk makan. Ketika suatu kesempatan, Buyung terlah berhasil mendapatkan seekor rusa yang ternyata rusa tersebut juga sedang diincar oleh seekor harimau yang sedang kelaparan. Tetapi Buyung tidak mengetahuinya. Harimau yang kehilangan mangsanya tersebut, kemudian mengikuti jejak rusa yang berhasil ditangkap Buyung. Karena darah rusa yang menetes, maka dengan mudahnya harimau itu mengikuti. Katika salah seorang rombongan sedang lengah, dengan mudahnya harimau itu menerkam salah seorang rombongan itu. Dan Pak Balam mencoba berteriak meminta tolong walaupun kakinya sudah terluka. Rombongan yang lain bergegas menolongnya. Meskipun Pak Balam berhasil ditolong, tetapi tidak lama bertahan dan akhirnya Pak Balam meninggal. Sebelum meninggal, dalam keadaan yang terluka parah Pak Balam sempat berpesan untuk mengakui segala dosanya. Pak Balam menganggap bahwa harimau itu adalah harimau jadi-jadian dan akan membunuh yang mempunyai dosa yang besar.
Hari berikutnya yang menjadi korban haromau adalah Talib. Karena Talib telah berpencar dari rombongannya. Talib sempat berteriak dan ditolong, tetapi dia juga telah meninggal karena cengkraman harimau yang merobel dadanya dan kakinya. Sebelum meninggal, Talib mengakui dosanya karena teringat ucapan Pak Balam. Karena pengakuan Pak Balam pula, rombongan yang lain sempat merasa ketakutan. Begitu pula dengan Sanip. Sanip ingin mengakui dosanya tetapi ditentang oleh Sutan. Dan terjadi perdebatan diantara mereka. Buyung tidak mau terlibat dalam perseteruan itu. Yang paling penting menurut Buyung adalah menangkap harimau tersebut karena rombongannya sudah ada yang menjadi korban dari marimau tersebut. Wak katok, Buyung dan Sanip memutuskan untuk masuk ke hutan dan memburu haromau. Dan Pak Haji dan Sutan berjaga di pondok, karena Pak balam yang terluka parah tidak dapat ikut. Sutanpun ingin menyusul untuk memburu ke hutan, namun yang terjadi justru Sutan yang menjadi korban berikutnya. Samar-samar terdengar suara teriakan. Namun suara itu tidak diperdulikan, karena kadang menghilang. Dan penyesalan muncul ketika mereka kembali ke pondok dan mendapatkan bahwa suara teriakan tersebut adalah teriakan Sutan. Jasad talib dan Pak Balam pun telah dikuburkan dan mereka melanjutkan untuk memburu harimau tersebut.
Dalam perjalanan memburu harimau dan mencari mayat Sutan, tapi Wak Katok sempat menentang untuk memburu harimau dan memutuskan untuk kembali ke kampung. Hal tersebut menunjukkan bahwa Wak Katok juga takut, dan jimat-jimat yang ia gunakan hanyalah untuk menutupi rasa ketakutannya. Buyung dan Pak Haji mulai tidak mempercayai ketika Wak Katok justru memilih jalan tembus, tetapi justru menjebak mereka. Hari telah gelap dan mereka memutuskan untuk beristirahat dan membuat pondok. Di tempat itu Wak Katok kembali menyuruh mereka untuk mengakui dosanya masing-masing, tetapi hal itu ditentang oleh Buyung. Tiba-tiba terdengar auman harimau yang tidak terlalu jauh. Senapan yang ia arahkan ke arah harimau itu tidak meletus karena ia tidak memperdulikan ucapan Buyung untuk mengganti pelurunya dan membersihkannya. Buyung kemudian melempari harimau itu dengan kayu bakar yang apinya masih menyala dan diikuti yang lainnya. Akhirnya harimau itu pergi. Karena Wak Katok merasa malu, ia mengusir yang lainnya. Dengan ancaman akan menembak jika tidak pergi. Akhirnya mereka pergi, namun kelbali lagi beberapa saat kemudian. Buyung, Pak Haji dan Sanip mencoba untuk merebut senjata yang dibawa oleh Wak Katok. Pak Haji berusaha merebut dan mereka berkelahi, Sanip mencoba merebut dari Wak Katok, senjatanya justru meletus dan pelurunya menembus dada Pak Haji. Wak Katok berhasil dilumpuhkan dan akan dijadikan umpan untuk menarik perhatian harimau agar mau keluar. Tangan dan kaki Wak Katok diikat agar tidak melarikan diri. Rencana mereka berhasi, harimau itu keluar dan sebelum harimau itu menerkam Wak Katok, Buyung berhasil menembak harimau itu dengan senjata yang telah disiapkan. Harimau itu mati, dan dikuliti. Sebelumnya muncul dalam benak Buyung untuk membiarkan harimau tersebut menerkam Wak Katok kemudian ditembaknya, tapi ia ingat ucapan Pak Haji sebelum meninggal bahwa harus memaafkan kejahatan siapapun dan membunuh terlebih dahulu harimau dalam dirinya sendiri.

C.    GAGASAN
Gagasan yang dapat diambil dari novel Harimau! Harimau! yaitu nilai-nilai kebersamaan dan kemanusiaan. Bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan manusia lain. Karena secara naluri, antara manusia yang satu dengan yang lain itu saling membutuhkan. Hal tersebut dapat ditunjukkan dalam novel, ketika rombongan damar memburu harimau yang telah memangsa seorang dari temannya, namun karena mereka ada yang berpencar akhirnya justru mereka sendiri yang menjadi korban berikutnya dari harimau tersebut.
Dalam  suatu kepemimpinan juga diperlukan suatu kepercayaan terhadap pemimpinnya, dan keyakinan bahwa pemimpinnyalah yang terbaik. Namun, kepercayaan yang telah diberikan oleh anggotanya juga tidak adisalahgunakan seenaknya sendiri. Karena jika disalahgunakan, maka kepercayaan yang diberikan tersebut akan hilang. Hal tersebut muncul dalam novel, yaitu ketika Wak Katok ternyata menggunakan jimat dan juga mantra palsu. Setelah semua terbongkar, tidak ada lagi kepercayaan untuknya. Muridnya, Buyung dan Sanip tidak laghi percaya walaupun ancaman datang dari Wak Katok. Karena semua itu tidak didasari dengan kejujuran sejak awal.
Untuk mendapatkan sesuatu yang kita inginkan, kita tidak boleh memaksakan kehendak kita dan keegoisan kita. Karena walaupun sesuatu tesebut kita dapatkan, tetapi belum tentu berakhir dengan kebahagiaan. Hal tersebut nempak dalam novel yaitu, ketika Wak Hitam memaksa Siti Rubiyah untuk menikah dengannya. Walaupun sebenarnya Siti Rubiyah tidak menyukainya, tetapi karena ancaman dari Wak Hitam akhirnya dia mau menikahi Wak Hitam. Namun setelah menikah perlakuan buruk yang ia beroleh dari Wak Hitam, karena Wak Hitam ingin memperdalam ilmu hitamnya.
Kita harus mempunyai keberanian untuk mengungkapkan dan menyatakan apa yang kita rasakan. Jika yang kita rasakan itu sudah diungkapkan maka akan menjadi lega. Jika ujungnya mendapat penolakan atau diterima itu urusan belakang karena kita tidak akan pernah tahu tanpa mengatakan. Dan mungkin akan ada penyesalan di kemudian hari. Hal itu nampak dalam novel yaitu ketika Buyung mencintai Zaitun, tetapi ia tidak mempunyai keberanian untuk mengatakannya kepada Zaitun. Dia menganggap dirinya sudah dewasa dan dia ingin menikah, dan gadis yang ingin dinikahinya yaitu Zaitun yang usianya satu tahun dibawahnya dan Zaitun merupakan teman main Buyung waktu kecil.
Nilai ketuhanan juga muncul dalam novel ini. Walaupun dalam adat mereka takhayul dan mitos begitu kental, tetapi mereka masih mengutamakan dan mempercayai Tuhan. Hal tersebut muncul dalam novel, yaitu ketika rombongan pencari damar menganggap bahwa harimau yang mereka temui dan telah memangsa salah satu rombongan tersebut adalah harimau jadi-jadian yang telah dikirim oleh Wak Hitam. Karena menurut cerita, Wak Hitam mempunyai harimau ghaib. Hal itu karena dosa-dosa mereka terhadap istri Wak Hitam yaitu Siti Rubiyah, mereka dianggap telah mengganggu istri Wak hitam. Namun anggapan mereka berhasil ditepis kalau harimau itu adalah hariamau jadi-jadian. Meskipun mereka sedang berada dalam hutan, tetapi mereka tidak meninggalkan sembahyang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar