Kamis, 22 September 2011

saman



A.    JUDUL DAN PENGARANGNYA
Judul         : Saman
Pengarang : Ayu Utami

B.     SINOPSIS
Jakarta, adalah tempat dimana persahabatan itu dimulai. Persahabatan empat orang anak, yaitu Shakuntala, Yasmin, Laila, dan Cok. Dengan karakter dan sifat yang berbeda-beda, tetapi tetap kompak dalam segala hal. Persahabatan itu berlanjut sampai mereka dewasa. Ketika masih SMP, Laila telah jatuh cinta untuk yang pertama kali pada Wisanggeni. Wisanggeni merupakan mahasiswa yang mendapat tugas untuk mengisi seminar tentang kesadaran sosial di SMP. Ketika SMA, tiba-tiba Cok menghilang tanpa kabar. Setelah diselidiki, ternyata Cok telah pindah sekolah ke Ubud bersama kedua orangtuanya. Hanya sepucuk surat yang dikirim Cok kepada Shakuntala. Surat itu menjelaskan alasan orang tua Cok memindahkannya sekolah ke Ubud. Akibat persoalan tersebut, Cok baru lulus SMA di Ubud dua tahun lebih lama dari ketiga temannya. Cok meneruskan usaha keluarganya, ia membuka bungalow di Ubud dan Sanur, serta membuka bisnis hotel di Sumatera dan Jawa. Laila kuliah di jurusan komputer Gunadhama, tapi juga suka memotret. Yasmin kuliah di fakultas hukum UI tanpa test, sebab ia cerdas dan tekun. Kini, Yasmin mulai pacaran, yang dulu ia terkenal alim dibanding ketiga temannya. Dengan malu-maluYasmin mengaku kalu dia telah tidur dengan pacarnya. Akhirnya ia menikah dengan pacarnya, setelah pacarnya mendapat pekerjaan di BPPT.
Laila yang menjadi seorang fotografer, ia ditugaskan di CV untuk mengetahui tentang minyak bumi di laut Cina Selatan. Di tempat itulah, laila pertama kali bertemu dengan Sihar. Sihar merupakan seorang Seismoclypse, oil servis. Pada saat itu Laila langsung jatuh cinta pada Sihar. Akan tetapi cinta itu terhalang oleh cinta itu terhalang oleh istri Sihar, karena dia memang sudah menikah. Walaupun Sihar sudah mempunyai istri, Laila tetap mencintainya. Beberapa hari kemudian, tambang tersebut mengalami suatu kejadian yang mengakibatkan beberapa nyawa pekerja terenggut dan meninggal. Karena kejadian tersebut, ia sempat berkelahi dengan oil servis lain bernama Rosano. Berulang kali Sihar menyalahkan dirinya sendiri karena kejadian tersebut. Laila yang memang mengenal Sihar berusaha untuk menenangkan Sihar. Pada waktu terjadi percakapan antara Sihar dan Laila, tiba-tiba Laila termenung dan teringat dengan seorang lelaki yang dulu ia kagumi sejak SMP, yaitu Wisanggeni sekarang bernama Saman. Karena kejadian itu pula, Sihar memutuskan untuk kembali ke Palembang dan Laila ke Jakarta. Siharpun mempunyai rencana untuk sekolah di New York untuk menebus rasa bersalahnya.
Tiga pemuda berbaju putik baru diangkat menjadi pastor baru. Salah satunya yaitu Athanasius Wisanggeni. Kemudian namanya menjadi pater Wisanggeni atau Romo Wis. Wis menemui Romo Daru untuk membicarakan kemana selanjutnya Wis akan berkarya. Wis ingin menganggap bahwa ia cocok untuk selanjutnya di daerah perkebunan yang memang sesuai di amana dia kuliah dulu, dan juga tempat yang diingikan Wis merupakan tempat tinggal waktu ia kecil. Yaitu ke Prabumulih. Disamanlah muncul kenangan masa kecilnya. Ia mencoba datang ke rumahnya yang dulu, tapi sekarang sudah berubah, pemiliknyapun telah berganti. Banyak kenangan yang ia dapatkan di rumah itu. Wisanggeni termasuk anak yang beruntung karena kedua saudarnya telah meninggal ketika ibunya sedang mengandungnya. Entah apa penyebabnya, tetapi Wis merasa saudara-saudaranya itu masih hidup walaupun sudah meninggal, hanya Wis dan ibunya yang mengetahui. Kini ibu Wisanggeni sudah meninggal, dan tinggal ayahnya. Setiap ada masalah, Wis selalu meminta bantuan pada ayahnya dan Wis juga sering mengirim surat kepada ayahnya untuk menceritakan apa yang telah dia alami.
Pada suatu malam Wisanggeni bertemu dengan seorang wanita yang cantik tetapi tidak bisa berbicara dan gila. Wanita itu bernama Upi. Upi berlari dan Wis mengikutinya, sampai akhirnya Upi terjatuh ke dalam sebuah sumur tua dan Wis menolongnya. Wis membawa Upi ke rumah sakit dan akhirnya alamat rumah Upi ditemukan. Upi diantarkan ke rumahnya. Mendengar cerita ibu Upi, Mak Argani dan abangnya Anson, Wis merasa terpanggil untuk menjaga Upi dan membuat Upi tempat yang lebih nyaman dari tempat sebelumnya. Beberapa bulan Wisanggeni tinggal di Lubukrantau, yaitu desa dimana Upi tingga yang letaknya tidak begitu jauh dari Prabumulih. Semakin lama Wis tinggal di Lubukrantau semakin dalam Wis terlibat pada persoalan yang dialami oleh penduduk Lubukrantau. Permasalahannya yaitu pemerintah menginginkan lahan yang kini ditanami pohon karet diganti dengan kelapa sawit. Namun penduduk tidak menyetujuinya. Sehingga terjadilah pemberontakan yang mengakibatkan terjadinya teror yaitu pemerkosaan istri Anson dan rumah kincir pun dirusak. Sebagai bentuk perlawanan, wargapun membakar pos polisi yang berada di hutan, Wispun diculik dan dianiaya sampai lima belas hari lamanya. Wis disekap dan dikurung di pabrik kelapa sawit, dia disetrum dan dianiaya oleh algojo, karena ia dianggap sebagai seorang profokator yang mengkristenisasi penduduk Lubukrantau. Mengetahui berita tersebut, penduduk membakar pabrik ditempat Wis disekap, tak seorangpun yang memperdulikan. Dengan kekuatan antara ada dan tiada, Wis mencoba untuk bangkit dan melarikan diri. Wis berhasil melarikan diri dan keberadaannya diketahui oleh penduduk Lubukrantau, akhirnya Wis dilarikan ke rumah sakit. Wis tidak mau ke Prabumulih, karena ia khawatir orang-orang yang menyelidiki dirinya mengintai pastoran. Berbahaya bagi Anson, kawannya, dirinya sendiri, serta gereja. Wis juga telah dinyatakan sebagai seorang buronan pemerintah Lubukrantau. Untuk meyamarkan identitas, Wis merubah penampilannya dan mengganti namanya menjadi Saman.
Beberapa hari kemudian, sebuah mobil membawa Wis pergi dari rumah sakit, ke sebuah tempat yang hanya diketahui beberapa orang saja. Kepergian Saman dari rumah sakit tersebut dengan bantuan dau orang wanita yaitu Yasmin dan Cok. Saman juga dikenalkan dengan temannya yaitu Sihar. Muncul perbincangan antara Saman dengan Sihar. Saman dibantu untuk pergi ke New York untuk mengasingkan diri. Saman jatuh cinta pada Yasmin,  padahal Yasmin sudah mempunyai suami yaitu Lukas. Dari situ, Saman mulai tidak percaya adanya Tuhan dan kepastoran.


C.    GAGASAN
Gagasan yang dapat ditemukan dalam novel Saman yaitu tentang nilai-nilai psikologis. Hal itu ditunjukkan ketika Wisanggeni/Saman berada di Lubukrantau, dari sanalah jiwa sosialnya terketuk yaitu ketika Saman melihat keadaan Upi, salah satu penduduk Lubukrantau. Saman merasakan bahwa perlakuan terhadap Upi kurang wajar, walaupun Upi termasuk anak yang mengalami keterbelakangan mental, tapi sudah selayaknya Upi mendapat tempat tinggal yang semestinya. Saman merasa hatinya terketuk untuk membantu Upi dengan apa yang dimilikinya.
Nilai keagamaan muncul dalam novel Saman, yaitu ketika Saman memutuskan untuk menjadi seorang pastor. Ia ingin mengabdikan dirinya di gereja. Namun, walaupun sudah menjadi pastor, ternyata keimanan seseorang bisa goyah karena godaan. Dalam hal ini, Saman telah tergoda dengan wanita bernama Yasmin. Saman menjalin hubungan terlarang dengan Yasmin, yang ditentang oleh agama kepercayaannya. Dari situ, Saman mulai ragu dengan kepastorannya dan Tuhan. Walaupun ia menyadari bahwa apa yang ia lakukan adalah perbuatan dosa.
Persahabatan dan rasa kekeluargaan juga terdapat dalam novel Saman. Hal itu terlihat pada persahabatan antara Yasmin, Shakuntala, Cok, dan Laila. Mereka selalu kompak dalam segala hal. Persahabatan itupun sudah terjalin sejak mereka masih kecil sampai mereka dewasa. Walaupun mereka sudah berpisah sekian tahun, tapi persahabatan itu masih tetap terjaga. Begitu juga pada saat Cok dan Yasmin menyelamatkan Saman yang menjadi buronan untuk bersembunyi. Mereka sangat kompak. Rasa kekeluargaan dapat terlihat pada saat Saman membantu masyarakat Lubukrantau untuk menyelesaikan permasalahan dengan pemerintah yang pendapatnya bertolak belakang. Penduduk mempertahankan lahannya untuk ditanami karet, tapi pemerintah mengharuskan untuk menggantinya dengan kelapa sawit. Walaupun Saman baru beberapa bulan tinggal di Lubukrantau dan bukan penduduk asli Lubukrantau, tapi ia merasa ikut menjadi bagian dari Lubukrantau untuk membela mereka dan rela dipenjara.
Rasa kasih saying, hormat, dan bakti kepada orang tua juga terdapat dalam novel Saman. Hal itu dapat terlihat pada waktu Saman kecil/Wisanggeni begitu dekat dengan kedua orang tuanya. Sampai akhirnya ibunya meninggal, ia menjadi anak tunggal. Ia selalu mengirim surat kepada ayahnya untuk member kabar. Dapat juga dilihat pada saat Cok harus mengikuti orangtuanya pindah sekolah, karena ia menyadari bahwa ia harus pindah karena kesalahannya sendiri dan untuk kebaikannya.
Pengorbanan juga dapat dilihat dari Novel Saman. Yaitu dapat terlihat ketika Saman harus mengorbankan harta, tenaga dan waktunya ketika ia masih berada di Lubukrantau. Ia rela meminjam uang ayahnya untuk membantu kelangsungan hidup penduduk Lubukrantau. Waktunya menjadi pastor untuk menyiarkan agama juga ia gadaikan untuk penduduk Lubukrantau. Nampak juga pada saat Laila yang begitu mencintai Sihar, rela mengorbankan segala apa yang dimilikinya termasuk keperawanannya, walaupun ia tahu bahwa Sihar telah mempunyai istri. Laila bahkan rela ikut pergi ke New York, karena Sihar juga pergi ke New York.
Pemberontakan juga Nampak ketika Shakuntala memutuskan untuk keluar dari rumahnya dan tinggal sendiri karena perbedaan pendapatnya dengan orangtuanya. Terlihat juga pada saat penduduk Lubukrantau yang mengadakan perlawanan dan pemberontakan kepada pemerintah karena ketidakadanya sepakatan antara mereka. Yang akhirnya pemerintah memberikan teror kepada pemduduk. Nampak juga dalam diri Saman sendiri karena ia mulai tidak percaya kepada Tuhan, padahal awalnya ia adalah seorang pastor, dari situ mulai timbul konflik batih dalam dirinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar