Sabtu, 24 September 2011

robohnya surau kami


JUDUL DAN PENGARANGNYA
Judul         : Robohnya Surau Kami
Pengarang : A.A. Navis

A.    SINOPSIS
Seorang kakek yang bertahun-tahun menjadi garin atau penjaga surau. Kakek itu tidak mendapat apa-apa, ia hidup dari sedekah yang dipungutnya setiap jumat. Setiap enam bulan ia mendapat seperempat dari haqsil pemunggahan ikan mas dari kolam di depan surau tersebut. Ia juga lebih dikenal sebagai pengasah pisau, karena kemahirannya. Hanya imbalan berupa senyuman yang ia dapat dari perempuan dan rokok dari laki-laki yang minta tolong padanya. Namun kin kakek sudah meninggal. Dan tinggallah surau itu tanpa penjaganya. Anak-anak pun menjadikannya sebagai tempat bermain. Perempuan yang kehabisan kayu bakar sering mencopoti kayu papan dinding atau lantai pada malam hari. Kata seseorang pada seorang tuan, dimana ia hanya akan menjumpai gambaran yang mengesankan suatu kesucian yang bakal roboh. Orang tersebut juga menceritakan bagaimana kakek meninggal kepada sang tuan. Kematian kakek karena omongan AjoSidi yang menakut-nakuti kakek dengan suatu cerita yang membuat kakek menjadi durja. Kakek yang dulu begitu baik, dan ramah, tapi sekarang telah berubah setelah kakek dikatakan sebagai manusia terkutuk. Ajo Sidi bercerita kepada kakek tentang Haji Saleh yang diperiksa. Katanya walaupun haji Saleh adalah orang yang rajin beribadah, teguh imannya, tapi Haji Saleh dimasukkan ke dalam neraka. Katanya, karena engkau takut masuk neraka, maka engkau rajin beribadah, tapi melupakan kaummu sendiri, lupa kehidupan anak istrinya, sehingga mereka kocar kacir selamanya. Hingga akhirnya kakek meninggal dengan menggorok lehernya sendiri, tapi Ajo Sidi tidak bertanggung jawab dengan ceritanya, Ajo Sidi sudah pergi kerja.



B.     GAGASAN
Gagasan yang dapat diambil dari cerpen Robohnya Surau kami yaitu tentang nilai-nilai keagamaan. Sebagai orang yang beragama, sudah selayaknya memperhatikan juga hubungannya dengan sesama manusia. Karena dalam agama, selain habluminallah juga habluminannas. Jadi hubungan baik dengan sesama manusia itu sangat penting karena begitu erat dan dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Agama bukanlah sebuah keegoisan. Tidak akan ada gunanya kita mempelajari agama tapi tidak mengamalkannya. Hal itu ditunjukkan pada Pak Haji yang tidak pernah memperdulikan sekelilingnya padahal ia telah menunaikan ibadah haji.
Nilai kemanusiaan dan sosial juga ada. Sebagai makhluk sosial yang hodup ditengah lingkungan masyarakat, kita pasti saling membutuhkan. Untuk itu kita perlu menjaga ucapan kita agar tidak menyinggung orang lain dan menyakiti hatinya. Sebaiknya perlu menjaga ucapan, ada pepatah mulutmu harimaumu. Hali itu menunjukkan betapa pentingnya kita menjaga ucapan. Hal ditunjukkan oleh tokoh Ajo Sidi yang mengatakan bahwa kakek adalah manusia terkutuk. Hal itu membuat kakek menjadi murka dan ia bunuh diri dengan goloknya.


A.    JUDUL DAN PENGARANGNYA
Judul         : Datangnya dan Perginya
Pengarang : A.A. Navis

B.     SINOPSIS
Setelah bertahun-tahun lamanya, Masri ingin menemui ayahnya agar bisa berkumpul bersama. Masri meninggalkan ayahnya karena ia tidak tahan dengan sikap ayahnya terhadap istri-istrinya. Ayahnya beranggapan bahwa menikah lagi merupakan cara yang tepat untuk mencari suatu kebahagiaan. Ternyata anggapannya salah setetlah beberapa kali ia menikah dan berujung dengan perceraian. Bagi Masri, ibu Masri hanya satu, ibu yang menurutnya sangat baik namun kini telah meninggal. Hal tersebutlah yang menyebabkan ayahnya menikah lagi. Masri hidup bahagian dengan istrinya. Beberapa surat telah ia kirim kepada ayahnya. Bahkan kadang Masri mengirim surat beserta wesel agar ayahnya mau menemuinya. Ayahnya masih belum berani untuk menemui Masri. Walaupun ayahnya kini telah berubah, ia telah mengabdikan dirinya ke masjid. Ia mulai mempunyai keberanian untuk menemui Masri. Sesampai di tangga depan ruamh Masri, ayah begitu kagetnya melihat Iyah yang juga disana. Sempat terjadi percekcokan diantara Iayah dan sang ayah. Tanpa sepengetahuan Masri dan Arni istrinya, ternyata sang ayah dan Iyah pernah menjadi suami istri. Dan ternyata Arni yang selama ini telah menjadi menantunya merupakan anaknya sendiri, begitu juga Masri bagi Iyah. Namun mereka sengaja untuk merahasiakan hal tersebut dari anak-anaknya. Terlebih lagi Masri sudah mempunyai anak. Di rumah Masri, apa yang ia harapkan telah terkabul, yaitu mendapat maaf secara ikhlas dari anaknya. Ia lalu memutuskan untuk keluar dari rumah Masri dan pergi. Sebelum sang ayah pergi dari rumah Masri, sempat terjadi perbincangan antara Iyah dengan sang ayah.



C.    GAGASAN
Gagasan yang dapat diambil dari cerpen Datangnya dan Perginya tentang nilai-nilai kemanusiaan dan sosial. Saling menghargai dan menghormati diantara sesama sangat diperlukan. Dan penyesalan memang sangat akan terasa setelah semua terjadi. Namun akan dapat terobati jika kita menyadarinya dan mau berubah untuk kebaikan. Sikap mau mengalah dan tidak egois juga merupakan kunci menjaga hubungan baik dengan sesama, terutama dengan anggota keluarga. Hal itu nampak pada tokoh ayah Masri yang menganggap bahwa ia akan mendapat kebahagiaan dengan menikah lagi karena sebelumnya bercerai. Namun anggapannya itu salah setelah pernikahannya yang terakhir. Ia menyesal dan akan memperbaikinya dengan mengabdikan dirinya di masjid.
Nilai-nilai cinta dan kasih sayang juga terdapat dalam cerpen datangnya dan perginya. Cinta dan kasih sayang antara seorang anak dan orang tua tidak akan pernah putus. Karena tidak ada mantan anak ataupun mantan orang tua. Walaupun seburuk-buruknya anak atau orang tua. Hal itu nampak pada tokoh Masri. Bertahun-tahun Masri tidak tahan dengan sikap ayahnya terhadap istri-istrinya yang diperlakukan dengan kasar. Tapi walaupun demikian Masri tetap mencintainya dan mengiginkan ayahnya untuk ke rumahnya. Masri sering mengirim surat dan tak jarang mengirim juga wesel.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar